Rabu, 17 April 2013

Antara Ujian dan Hujan



Mengamati anak – anak bergembira ria bersama hujan, terkadang membuatku iri. Terkenang masa kecil bahagia bersama hujan, merasakan tetesan air langit yang kadang menyegarkan tak jarang juga membuatku kedinginan. Cobalah amati anak – anak ketika berhujan ria, tangkaplah binar bahagia di matanya.Meski badan sudah kedinginan, serasa enggan mereka berteduh,meninggalkan pesta alam, keajaibanNya.

Aaaah, dunia anak dengan segala warnanya,selalu indah untuk dikenang. Namun, sayangnya kita hidup bukan berjalan ke belakang, namun mau tidak mau harus terus melangkah, menatap masa depan. Kalau tidak, bersiaplah tergilas laju sang waktu. Dan begitulah, detik demi detik berlalu tanpa kita tahu kapan berhentinya. Ceria masa kecil tentu beda dengan masa berikutnya. Ingatkah kita kapan mulai enggan bermain hujan – hujanan ??? ( kapan ya...ndak ingat, tahu – tahu udah gede dan malu ujan – ujanan lagi )
Jika saja kita tidak kehujanan, maka kita tidak pernah merasakan dinginnya air hujan yang membuat bibir kita biru,merasakan paniknya kita ketika tiba – tiba kilat menyambar, berkejaran dengan petir.Atau pernahkah kita harus kesal, ketika orang tua kita berteriak memanggil kita untuk segera masuk rumah. Suka duka hujan – hujanan di masa kecil.

Lalu, apa hubungannya dengan ujian ? yups ! kutuliskan ini di sela – sela menunggu anak – anak menikmati hujan di halaman rumah. Aku pernah merasakan hujan, maka anak – anak pun kuberi kesempatan mencicipi hidangan langit,rintik – rintik hujan.
  • Ibarat hujan, Ujian ada masanya reda
Sudah sewajarnya, manusia mengalami banyak ujian.Dari mulai harta, pasangan, anak – anak sampai aktivitas kita. Namun, mereka yang tegar akan selalu ingat, ujian ini pastilah reda.
  • Mulainya kecil, sedikit lalu semakin banyak dan deras
Tik tik tik bunyi hujan, di atas genting, airnya turun tidak terkira ....begitulah lagu kita semasa kecil. Ibarat ujian, mulanya kecil, ringan, terus bertambah banyak dan berat, namun insyaAllah akan semakin dekat dengan reda.
  • Hujan selalu bertemankan kilat dan petir
Sudah kita alami bersama, jika hujan itu bertemannya dengan petir dan kilat. Begitupun dengan ujian, bertemannya dengan sesuatu yang membuat kita takut dan kaget.maka bersiaplah yang terbaik ( payung, mana payung ??)
  • Hujan itu menguatkan
Hujan itu terapi alam luar biasa. Orang yang tidak terbiasa hujan – hujanan, ia akan mudah sakit ketika kehujanan. Begitu pun, apapun ujian kita, jika kita bisa melewatinya, ujian itu kan menguatkan kita
  • Setelah hujan, pelangi pun kadang menyapa kita
Ibarat ujian, setelah terlewati, yakinlah akan ada warna indah hidup yang menakjubkan
Dan, tentu masih banyak lagi hikmah dibalik fenomena hujan ( ada yang mau nambahi ??? )boleh kok ^_^ biar bisa belajar sama- sama tentang keajaibanNya.
Hidup dengan Ujian ibarat Hidup dengan hujan. Hujan itu menyegarkan jika kita mampu menikmatinya,namun ketika syukur kita tiada maka bersiaplah untuk merasakan “ keringnya jiwa “
Bukankah ujian mampu membasahi “ hati – hati yang kering “ ?
Ibarat kalimat “ Berani hidup, harus berani diuji “

Bukankah Allah tidak akan membiarkan kita begitu saja ? Lewat ujian dariNya terkadang terasa kasih sayangNya. Ujian itu telah menakar kemampuan kita. Allah tahu seberapa kemampuan seorang hamba. Untuk itu, laa tahzan ! jangan bersedih, bersama kesulitan ada kemudahan.
Lalu, ketika ujian datang apa yang harus kita lakukan ? cek yuuuuk ( oleh – oleh dari silaturahmi ke tempat saudara )
  • Libatkan Allah, hanya padaNya kita memohon pertolongan
  • Muhasabah diri, tak ada salahnya kita koreksi diri adakah yang salah pada diri kita
  • Bersemangat, perbaiki diri agar layak ditolong Allah
  • Temukan solusi terbaik, bukan berkeluh kesah meratapi nasib
“ semoga lewat ujianNya, kita layak meraih syurgaNya , Libatkan Allah, hadapi ujian, raih kemenangan “


Sabtu, 06 April 2013

Rumahku Inspirasiku

Rumahku, inspirasiku. Jika aku boleh bermimpi, kuingin menjejakkan kaki ke tempat -tempat yang penuh inspirasi. Bebas melepaskan pandang, mendengar merdu suara yang menyemangati. Di manakah itu ? Rumah itu ada di hatiku, hati yang selalu rindu, berburu inspirasi. Hati yang tenang, senantiasa hidup dengan segala keramaian dunia. Dan kini, kulabuhkan jejak inspirasiku dalam rumah baruku " jejak pembelajar "